Fenomena kehidupan bertetangga selalu berubah seiring dengan bergulirnya zaman. Dewasa ini, suasana sosial semakin susah didapatkan, apalagi hidup di lingkungan perumahan. Pada umumnya manusia cenderung dan asyik dengan kepentingannya masing-masing. Sikap indiuvidualisme “acuh” juga mengakibatkan masing-masing pihak merasa tidak dilindungi antara satu dengan lainnya.
Bila ada sebuah keluarga kecurian atau kerampokan atau tindak kriminal lainnya, terkadang pihak tetangganya merasa tidak mengetahuinya. Kalaupun tahu, terkandang pula bingung apa yang mesti dia bantu atau ia perbuat.
Bila ada sebuah keluarga kecurian atau kerampokan atau tindak kriminal lainnya, terkadang pihak tetangganya merasa tidak mengetahuinya. Kalaupun tahu, terkandang pula bingung apa yang mesti dia bantu atau ia perbuat.
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Dia ada, ketika saudara-saudara kita mungkin masih terlelap, saat kita bisa jadi beroleh petaka. Mereka pula yang datang di awal, ketika kitasedang membuat acara kendurian. Dan mereka para tetangga, sudah ada dirumah kita, sebelum para sanak famili tiba.
Meski begitu, kita harus akui. Tak semua karakter tetangga itu baik. Ada yang bawel, ada yang kalem. Ada yang baik, ada yang sombong, ada yang judes, adayang jahat dan ada yang dibilang unik. Tapi memang begitulah dinamika kehidupan bertetangga.
Kita semua tentu diajarkan untuk selalu memuliakan tetangga serta menghargai hak-haknya, walau tak semua berkarakter baik. Misalnya: Tak boleh menyakitinya. Menjaga kediamannya ketika sang tetangga tak berada dirumah. Tidak membuat keributan yang dapat mengganggu ketenangan tetangga. Selalu memberi saran yang baik. Memberikan makanan bila kita memasak berlebih. Kita jenguk bila sakit. Bersikap baik dan tersenyum ketika kita menjumpainya. Bersikap sabar bila ada perilaku mereka yang kurang berkenan. Dan juga, ini yang paling penting: turut bergembira di saat mereka senang, dan tanpa diminta sedikitpun, untuk menolongnya dikala susah.
Sejatinya, tidak ada orang yang mau hidup sendirian, sekalipun ndableknya, dia masih ingin bersosialisasi dengan tetangganya. Pada hakekatnya, dengan hidup bertetangga secara berdampingan tanpa ingin mencari musabab untuk bertentangan, membuat kita semakin paham akan arti kehidupan.
Kita pada umumnya mengharapkan tinggal dalam suatu lingkungan yang harmonis. Lingkungan yang saling menghargai, tidak saling menyakiti antara yang satu dengan yang lain, baik dalam bentuk perbuatan maupun hanya sekedar ucapan. Tidak berselisih walaupun di dalamnya terdapat orang yang berbeda-beda. Betapa indahnya! Kami yakin bahwa kita semua menginginkannya.
Sekian dulu tulisan saya malam ini, jika tuhan masih memberi umur panjang lain waktu aku sambung.
Thanks to all my family and my neighbor.
TAKENO
Write from bumi Sriwijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar